Kamis, 09 Oktober 2008

Nonton Laskar Pelangi

Penasaran karena "iklan" yang gencar sejak pembuatan  sampai  film Laskar Pelangi ramai digelar di seluruh Bioskop di Indonesia, aku ajak isteri dan dua anakku, Dhito (9th) dan Maria (3th) nonton film itu. Diluar dugaanku, baru masuk pintu utama sudah terlihat jubelan orang-orang memenuhi ruang tunggu Bioskop 21,  Duta Mall, Banjarmasin, dan sampai di depan loket tambah terkejut karena disitu tertulis "Tiket Laksar Pelangi Hari Ini Habis". Busyet!

Tambah penasaran, besoknya kami datang dua jam lebih awal dari jam pertunjukan yang kami pilih. Betul juga, tiket sudah hampir habis untuk jam pertunjukan itu dan kami kebagian di deretan nomor dua dari depan. Ya sudah gak apa-apa, dari pada gak kebagian tiket.

Selama pertunjukan, gelak tawa penonton mewarnai suasana bioskop namun sesekali hening terhanyut suasana haru, apa lagi saat adegan Lintang, murid dengan otak cemerlang dari keluarga nelayan tidak mampu, berpamitan pada guru dan teman-temannya untuk tidak bersekolah lagi karena harus memikul beban menghidupi keluarganya sebab Ayahnya meninggal saat mencari ikan dilaut. Duh!

Ada sesuatu yang lain dari filim Laskar Pelangi dibanding film anak-anak lainnya. Ada unsur hiburan, demikian juga unsur pendidikannya. Meski kita tahu masih banyak anak-anak terlantar yang tidak terjangkau oleh sistem pendidikan nasional kita karena berbagai hal, kita dibuatnya terhenyak bahwa anak-anak dengan kondisi seperti itu ada dan mesti mendapat perhatian. Seperti sebuah paragraf yang anak kalimatnya diberi stabilo sehingga lebih jelas terbaca dan mesti diperhatikan. Film Laskar Pelangi adalah stabilo itu!.

0 komentar: